Rabu, 20 April 2011

"Bagaimana penyakit mendorong seseorang untuk berpikir?"

Manusia adalah makhluk yang memiliki banyak kelemahan dan harus selalu terus-menerus berusaha untuk mengatasi kelemahan tersebut. Adanya penyakit yang diderita manusia adalah gambaran paling jelas tentang kelemahan tersebut. Oleh karenanya, ketika seseorang atau sahabatnya jatuh sakit, ia hendaknya berpikir tentang makna yang terkandung dari musibah ini. Ketika sedang berpikir, ia memahami bahwa flu yang dianggap sebagai penyakit yang biasa pun memiliki pelajaran-pelajaran yang darinya manusia dapat mengambil hikmah ataupun peringatan. Ketika terjangkiti penyakit tersebut, ia memikirkan hal-hal seperti: pertama, penyebab utama flu adalah virus yang teramat kecil untuk dilihat dengan mata telanjang. Akan tetapi, makhluk yang kecil ini sudah cukup untuk membuat manusia yang bobotnya 60-70 kg menjadi kehilangan kekuatan, membuatnya sedemikian lemah sehingga tak mampu berjalan ataupun berbicara sekalipun. Seringkali obat atau makanan yang ia makan tidak membantu meringankan penderitaannya. Satu-satunya yang dapat ia lakukan adalah beristirahat dan menunggu. Dalam tubuhnya, berlangsung sebuah peperangan yang ia tak pernah mampu untuk campur tangan, dengan kata lain ia dibuat lumpuh tak berdaya melawan organisme yang sangat kecil. Dalam keadaan yang demikian, ia hendaknya mengingat ayat Allah:
"(Yaitu Tuhan) Yang telah menciptakan aku, maka Dialah yang menunjuki aku,
dan Tuhanku, Yang Dia memberi makan dan minum kepadaku,
dan apabila aku sakit, Dialah Yang menyembuhkan aku,
dan Yang akan mematikan aku, kemudian akan menghidupkan aku (kembali),
dan Yang amat kuinginkan akan mengampuni kesalahanku pada hari kiamat".
(Ibrahim berdo'a): "Ya Tuhanku, berikanlah kepadaku hikmah dan masukkanlah aku ke dalam golongan orang-orang yang saleh". (QS. Asy-Syu'araa, 26: 78-83)
Seseorang yang terjangkiti penyakit apapun hendaknya membandingkan sikapnya ketika sehat dan setelah pulih dari sakit, kemudian berpikir tentang hal tersebut. Seharusnya ia menyadari keadaanya yang lemah ketika sakit, perasaan ketergantungan kepada Allah yang sangat. Hal ini tercermin, misalnya, dalam keikhlasan dan kekhusu'annya ketika berdoa kepada Allah menjelang dioperasi.
Sebaliknya, ketika mengetahui orang lain sedang menderita sakit, ia hendaknya segera bersyukur kepada Allah sambil berpikir tentang keadaannya yang sehat. Manakala melihat orang yang cacat kaki, misalnya, orang beriman memikirkan bahwa kakinya adalah nikmat yang sangat besar dan penting bagi dirinya. Ia memahami bahwa kemampuannya untuk berjalan atau berlari ke manapun serta melakukan segala sesuatu tanpa bantuan orang lain sejak bangun tidur di pagi hari adalah nikmat dari Allah. Dengan membuat perbandingan seperti ini, ia akan lebih memahami besarnya nikmat yang telah didapatkannya.
Bagaimana seseorang berpikir ketika bertemu dengan orang yang arogan, tidak sopan, suka menyinggung perasaan orang lain dan berperangai buruk?
Ketika berada di kantor atau sekolah sepanjang hari, seseorang akan bertemu dengan berbagai tipe manusia. Sebagian dari mereka mungkin tidak berakhlaq baik dan tidak takut kepada Allah. Seorang mukmin yang bertemu dengan orang-orang ini tidak akan terpengaruh oleh keadaan mereka, sebaliknya tetap istiqomah dengan akhlaq luhurnya sebagaimana yang diajarkan Allah. Ia memahami bahwa penyebab perilaku buruk mereka adalah ketiadaan rasa takut kepada Allah serta ingkar kepada hari akhir. Gambaran berikut ini lalu muncul dalam benaknya: Allah telah memperingatkan tentang siksa neraka dan memerintahkan manusia agar memikirkan adzabnya yang kekal, sehingga manusia mau memperbaiki perilaku mereka dalam kehidupan dunia, kembali kepada Allah dengan merendahkan diri dan melaksanakan ajaran agama secara ikhlas. Seandainya seseorang menyadari bahwa ia sedang berhadapan dengan ancaman yang sedemikian berat dan serius, ia pasti akan melakukan segala sesuatu agar dapat meloloskan diri dari ancaman tersebut. Sebaliknya mereka yang tidak memikirkannya, sehingga tidak memahami betapa seriusnya ancaman tersebut, akan berperilaku seolah-olah tempat yang penuh dengan bara dan siksaan yang dipersiapkan untuk mereka itu tidak lah ada.
Sadar akan kenyataan ini, beberapa hal penting lain terlintas dalam pikirannya: ketika dikumpulkan di tepi jurang neraka, perilaku orang-orang yang berperangai buruk tersebut akan berbeda sama sekali dengan perilaku mereka ketika di dunia. Orang yang ketika masih hidup di dunia berperangai buruk, tidak malu untuk bertindak yang semena-mena dan arogan akan memiliki ekspresi muka, sikap dan cara berbicara yang tidak seperti biasanya pada hari penghisaban, yakni ketika ia diseret ke depan jurang neraka dan terus menerus disiksa.
Atau jika orang yang agresif, kasar dan seringkali melakukan tindak kejahatan dan tidak memiliki rasa kemanusiaan dibawa ke tepi jurang neraka, ia akan merasakan penyesalan yang abadi ketika melihat adzab neraka.
Seseorang selalu mengemukakan berbagai macam alasan untuk tidak menjalankan agama dan tidak melaksanakan ibadah dalam hidupnya di dunia. Namun ia tidak akan dapat mengatakan alasan-alasan tersebut ketika diperintah melaksanakan sholat pada saat sedang menanti di depan gerbang neraka.
Orang yang takut kepada Allah tidak pernah melupakan kenyataan ini. Karena senantiasa memikirkan siksa neraka, ia mengetahui mana perilaku, kata-kata yang benar serta akhlaq yang baik. Dengan keyakinan yang kuat dan senantiasa mengingat keberadaan neraka, ia selalu berbuat seolah-olah ia berada sangat dekat dengan neraka, dan memikirkan bahwa ia akan dimintai pertanggungjawaban atas segala sesuatu yang ia kerjakan.
Allah menyeru manusia untuk memikirkan neraka dan hari penghisaban:
"Pada hari ketika tiap-tiap diri mendapati segala kebajikan dihadapkan (dimukanya), begitu juga kejahatan yang telah dikerjakannya; ia ingin kalau kiranya antara ia dengan hari itu ada masa yang jauh; dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa)-Nya. Dan Allah sangat Penyayang kepada hamba-hamba-Nya". (QS. Aali 'Imraan, 3: 30)

Sumber: HARUN YAHYA, ROBBANI PRESS, INDONESIA, 2000

Tidak ada komentar:

Posting Komentar